1. Testing table routing
1.1 Perintah show ip route
Perintah
show ip route digunakan
untuk menampilkan isi dari table routing. Table ini berisi entri semua
jaringan dan subnetwork yang diketahui. Berikut ini adalah beberapa perintah
tambahan yang dapat digunakan dengan perintah show ip route:
- show ip route connected
- show ip route address
- show ip route rip
- show ip route igrp
- show ip route static
Output perintah show ip route
Ketika RTA menerima paket yang ditujukan ke
192.168.4.46, tampilannya seperti prefix 192.168.4.0/24 pada table routingnya.
RTA kemudian mem-forward paket keluar interface Ethernet0 berdasarkan entri table
routing. Jika RTA menerima paket yang ditujukan untuk 10.3.21.5, ia mengirim
paket tersebut keluar interface Serial 0.
Contoh table routing ditunjukkan oleh empat jalur
jaringan yang terhubung langsung.
Jalur-jalur ini diberi label “C”.
RTA membuang paket-paket yang ditujukan untuk jaringan yang tidak
terdaftar di dalam table routing. Table routing untuk RTA akan berisi lebih
jalur-jalur sebelum ia dapat mem-forward ke tujuan yang lain. Ada dua cara
penambahan jalur-jalur baru:
- Routing statis – admin secara manual
mendefinisikan jalur-jalur ke satu atau lebih jaringan tujuan
- Routing
dinamis – router-router mengikuti
aturan yang didefinisikan
oleh protokol routing untuk pertukaran informasi routing dan pemilihan
jalur terbaik
Secara administrasi mendefinisikan jalur-jalur
dapat dikatakan statis
karena mereka tidak berubah sampai admin jaringan secara manual
memprogram perubahan. Jalur-jalur
dipelajari dari router-router lain secara dinamis karena mereka berubah secara
otomatis sebagai update dari router-router yang terhubung langsung dengan informasi
baru.
1.2 Penentuan gateway
Jalur default digunakan pada saat router tidak
sesuai dengan jaringan yang dituju dengan beberapa entri yang ada dalam table
routing. Router menggunakan jalur default ini untuk mencapai gateway dan
mem-forward paket.
Sebelum
router-router dapat secara dinamis
melakukan pertukaran informasi, admin jaringan harus dikonfigurasi
paling sedikit satu router dengan jalur default. Tergantung dari hasil yang
didapat, admin dapat menggunakan perintah-perintah sebagai berikut:
ip default-network
Atau
ip route 0.0.0.0 0.0.0.0
1.3 Penentuan jalur asal dan tujuan
Layer
network menyediakan best-effort, end-to-end
dan pengiriman paket melalui jaringan interconnected. Layer
network menggunakan table routing IP untuk mengirimkan paket-paket dari
jaringan asal ke jaringan tujuan. Setelah router menentukan jalur mana yang
digunakan, ia mem-forward paket dari
satu interface ke interface lain atau port yang menuju ke jaringan tujuan.
1.4 Penentuan alamat L2 dan L3
Untuk
tujuan pengiriman paket
dari jaringan
asal ke jaringan
tujuan, menggunakan baik alamat layer 2 dan layer 3. Gambar di bawah
menjelaskan proses yang terjadi paket dikirim melalui jaringan.
Alamat layer 3 digunakan untuk merutekan paket dari
jaringan asal ke jaringan tujuan. Alamat-alamat IP asal dan tujuan sama. Alamat
MAC berubah pada setiap hop atau router. Alamat layer data link penting karena
pengiriman dalam jaringan ditentukan oleh alamat dalam header frame layer 2.
1.5 Penentuan administrative distance
Router
menggunakan administrative distance
di setiap jalurnya
untuk menentukan jalur terbaik menuju tujuan. Administrative distance
adalah nomor yang mengukur tingkat kepercayaan
informasi jalur ke
tujuan. Semakin kecil
nilai administrative distance, semakin besar tingkat kepercayaan
pemilihan jalur.
Routing protokol yang berbeda mempunyai
administrative distance default yang berbeda juga. Jalur dengan administrative
distance paling kecil adalah yang dimasukkan ke dalam table routing.
1.6 Penentuan jalur metric
Routing protokol menggunakan metric untuk menentukan
jalur terbaik ke tujuan. Beberapa
routing protokol menggunakan
hanya satu factor untuk menghitung
metric. Contohnya, RIPv1 menggunakan hop count sebagai factor menentukan
metric. Protokol yang lain berdasarkan hop count, bandwidth, delay, load,
reliability dan cost.
Faktor seperti bandwidth dan delay adalah statis
karena mereka sama untuk setiap interface sampai router dikonfigurasi atau
jaringan di-disain ulang. Factor seperti load dan
reliability
adalah dinamis karena mereka dihitung untuk setiap interface real-time
oleh router.
Secara default, IGRP menggunakan factor statis
bandwidth dan delay untuk menghitung secara manual untuk mengontrol mana jalur
yang akan dipilih. IGRP juga dikonfigurasi untuk factor dinamis load dan
reliability dalam perhitungan metric. Dengan menggunakan factor default, router-router UGRP dapat membuat keputusan
berdasar kondisi sekarang. Jika link menjadi berat bebannya atau
unreliable, IGRP akan menaikkan metric.
IGRP
menghitung metric dengan
cara menambahkan nilai
pembobot dari perbedaan
karakteristik link. Berikut adalah perhitungan metric di IGRP:
Metric = [K1 * Bandwidth + (K2 *
Bandwidth)/(256 – load) + K3 * Delay] *
[K5/(reliability + K4)]
Nilai konstatnta default K1 = K3 = 1 dan K2 = K4 =
K5 = 0
Jika K3 = 0, maka [K5/(reliability + K4)] tidak digunakan. Misalkan diberikan
nilai default ke K1 sampai K5, composite metric dihitung oleh IGRP untuk
menurunkan Metric = Bandwidth + Delay.
1.7 Menentukan hop berikutnya
Algoritma
routing mengisi table routing dengan informasi yang beragam. Hop tujuan
berikutnya menentukan jalur terbaik dimana router mem-forward paket ke router
berikutnya. Router ini merepresentasikan hop berikutnya ke tujuan terakhir.
Ketika
router menerima paket
yang datang, ia
memeriksa alamat tujuan
dan alamat hop berikutnya.
1.8 Menentukan update routing terakhir
Untuk mengetahui
update routing terakhir dilakukan
dengan cara memberikan perintah:
- show ip route
- show ip route address
- show ip protocols
- show ip rip database
1.9 Observasi beberapa jalur ke tujuan
IGRP mendukung load balancing dengan cost tidak sama,
yang disebut dengan variance. Perintah variance memerintahkan router supaya
merutekan metric kurang dari n kali
metric minimum untuk
tujuan tersebut, dimana
n adalah angka
dari variance. Variabel n
nilainya antara 1 sampai 128, dengan nilai default 1 yang artinya cost load
balancing.
2. Testing jaringan
2.1 Pendahulan
Dasar testing jaringan harus diproses secara
sequence dari OSI layer. Dimulai dari layer 1 sampai ke layer 7, jika perlu.
Pada layer 1, kelihatan seperti masalah sederhana
seperti power cord pada dinding dan koneksi fisik
lainnya. Melakukan testing konfigurasi alamat sebelum meneruskan dengan langkah
konfigurasi berikutnya.
Pada layer 3 test dilakukan dengan cara memberikan
perintah telnet dan ping
digunakan untuk test jaringan.
2.2 Langkah demi langkah proses troubleshooting
Troubleshooting
adalah proses yang
mengijinkan user untuk mencari
masalah dalam jaringan. Langkah demi langkah adalah sebagai berikut:
Langkah 1
Mengumpulkan informasi yang ada dan menganalisa masalah.
Langkah 2
Melokalisasi masalah mulai dari jaringan, segmen, modul, unit atau user.
Langkah 3
Mengisolasi masalah ke hardware atau software dalam unit, modul atau
user account jaringan.
Langkah 4
Menemukan dan memperbaiki masalah Langkah 5 Mem-verifikasi masalah yang telah
diselesaikan. Langkah 6 Membuat
dokumentasi terhadap solusi suatu masalah.
2.3 Testing dengan layer OSI
Sub bab ini menggambarkan tipe-tipe error yang
terjadi pada tiga layer OSI.
Layer 1 error bisa berupa:
- Kabel putus
- Kabel tidak tersambung
- Kabel tersambung ke port yang salah
- Koneksi kabel yang tidak konsisten kadang konek
kadang tidak
- Kesalahan dalam sambungan rollover, crossover,
atau straight-through
- Masalah transceiver
- Kabel DCE bermasalah
- Kabel DTE bermasalah
- Device dalam posisi mati
Layer 2 error bisa berupa:
- Kesalahan konfigurasi interface serial
- Kesalahan konfigurasi interface Ethernet
- Kesalahan seting enkapsulasi
- Kesalahan seting clockrate pada interface serial
- Masalah pada network interface card (NIC)
Layer 3 error bisa berupa:
- Routing protokol tidak enable
- Kesalahan meng-enable-kan routing protokol
- Kesalahan alamat IP
- Kesalahan subnet mask
Jika error terlihat di jaringan, proses testing
melalui layer OSI dimulai. Perintah ping digunakan di layer 3 untuk test
konektivitas. Pada layer 7 dengan perintah telnet untuk verifikasi aplikasi.
2.4 Troubleshooting di layer 1
Dengan cara memberikan perintah show interfaces
tanpa argumen akan menghasilkan
status dan statistik
semua port router.
Sedangkan show interfaces
<interface
name> menghasilkan status
dan statistik pada
port tertentu saja.
Untuk melihat status dari serial 0/0 dengan perintah: show interfaces
serial 0/0.
Jika banyak terjadi error di carrier transition,
masalah-masalahnya bisa berasal dari:
- Pada service provider terjadi interupsi jalur
- Terjadi kerusakan pada switch, DSU atau hardware
router
Jika terjadi banyak error pada output perintah show
interfaces serial 0/0, ada beberapa kemungkinan sumber errornya, antara lain:
- Kesalahan pada peralatan perusahaan telepon
- Noise pada jalur serial
- Kabel salah atau panjang kabel salah
- Kabel atau koneksi rusak
- CSU atau DSU rusak
- Hardware router rusak
Sedangkan error terjadi karena reset interface
penyebabnya bisa berasal dari:
- Jalur jelek sehingga menyebabkan carrier
transition
- Kemungkinan masalah di hardware pada DSU, CSU atau
switch
2.5 Troubleshooting di layer 2
Jika jalur putus, protokol selalu down karena tidak
ada media yang digunakan di protokol layer 2. Hal ini benar karena interface
down dan secara administrative down.
Jika interface up dan line protokol down, layer 2
terdapat masalah sebagai berikut:
- Tidak ada keeplive
- Tidak ada clock rate
- Tipe enkapsulasi tidak cocok
Perintah show interfaces digunakan setelah
mengkonfigurasi interface untuk mem-verifikasi perubahan.
2.6 Perintah show cdp neighbors
Perintah ini menampilkan spesifik device secara detail
seperti interface yang aktif, port ID dan device.
2.7 Perintah traceroute
Perintah ini
memberikan hop yang berhasil dilewati.
Jika data berhasil dilalui,
kemudian output menunjukkan setiap router bahwa datagram berhasil dilewati.
2.8 Perintah-perintah lain untuk troubleshooting
- Perintah show ip route
- Perintah show controllers
- Perintah debug